Artikel Tentang Disiplin Kerja.


      
  Disiplin Kerja
a, Pengertian Disiplin Kerja
Disiplin kerja adalah bagaimana seseorang mampu untuk bekerja sesuai dengan aturan dan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh organisasi dan mencapai tujuan organisasi. Sinungan mengatakan bahwa ”secara terminologis disiplin berasal dari kata disciplina atau dalam bahasa Inggrisnya disciple yang berarti ”pengajaran, latihan dan sebagainya” sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”[1] Sedangkan Prijidarminto dalam Cecep Darmawan berpendapat bahwa disiplin adalah Suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetian, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengan dirinya, sikap atau perbuatan yang dilakukannya bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia berbuat tidak sebagaimana lazimnya.[2] Hadari Nawawi mengemukakan pendapatnya bahwa disiplin adalah sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disetujuai bersama dalam melaksanakan kegiatan agar pembinaan hukuman pada seseorang atau kelompok orang dapat dihindari.[3]
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan sikap atau tingkah laku yang menggambarkan kepatuhan pada suatu aturan dan ketentuan demi berlangsungnya suatu kehidupan yang tertib, teratur dan nyaman sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Apabila sikap disiplin sudah menyatu pada diri pribadi, maka bukan dianggap suatu beban, bahkan akan berlaku sebaliknya bilamana ia tidak melakukan sebagaimana mestinya.
Sikap dan perilaku disiplin akan muncul pada diri pribadi apabila ada suatu penekanan, penciptaan dari lingkungan dimana individu berinteraksi, terutama dalam lingkungan kerja. Disiplin kerja akan tercipta apabila suatu organisasi atau instansi menetapkan aturan dan ketetapan sesuai dengan budaya dan kesepakatan bersama, agar tujuan organisasi tercapai. Begitu juga disiplin kerja guru di sekolah, harus diciptakan oleh kepala madrasah agar tertib dan teratur keberlangsungan sekolah. Hal ini senada dengan yang diungkap oleh Veithzal Rivai mengatakan bahwa Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan atau organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.[4] T. Hani Handoko mendefinisikan disiplin secara sederhana yaitu disiplin sebagai kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi.[5] Seseorang dapat dikatakan memiliki disiplin kerja yang tinggi jika yang bersangkutan konsekuen, konsisten, taat asas, bertanggungjawab atas tugas yang diamanahkan kepadanya.
Dalam kaitanya dengan pekerjaan, disiplin merupakan suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan. Sikap disiplin akan muncul manakala bila telah muncul niat dari dalam diri guru itu sendiri, hal ini akan lebih kuat mendorong sikap dan perilaku untuk patuh dan mentaati peraturan sekolah. Sikap dan perilaku disiplin muncul ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan dan kehendak dalam mentaati segala peraturan yang berlaku.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menurut Felix A. Nigro dan Manef mengatakan ”sembilan faktor yang mempengaruhi disiplin, di antaranya:
a.       Pengembangan struktur organisasi yang sehat untuk melaksanakan program kepegawaian, dalam tanggung jawab tugas setiap pegawai ditentukan dengan jelas dan tegas;
b.      Adanya klasifikasi atau penggolongan jabatan yang sistematis dan luwes serta adanya rencana gaji yang adil dengan mengingat adanya saingan yang berat dari sektor swasta;
c.       Adanya suatu pengusahaan tenaga kerja dan penarikan tenaga kerja yang lebih baik dengan teknik pengusahaan tenaga kerja yang maju;
d.      Adanya sistem seleksi yang baik yang menjamin adanya pengangkatan calon-calon pegawai yang paling cakap dan penempatannya dalam jabatan-jabatan pekerjaan yang sesuai;
e.       Adanya rencana kerja latihan jabatan yang luas dengan maksud untuk menambah keahlian dan kecakapan pegawai, membangun semangat kerja, dan mempersiapkan mereka untuk kenaikan pangkat;
f.       Adanya suatu rencana untuk menilai suatu kecakapan pegawai secara berkala dan teratur dengan tujuan untuk meneliti serta menetapkan pegawai yang paling cakap;
g.      Adanya suatu rencana kenaikan pangkat yang terutama atas jasa dan kecakapan pegawai dengan adanya sistem jabatan-jabatan yang sesuai sehinggi mereka dapat mencapai tingkatan jabatan yang paling tinggi;
h.      Adanya usaha-usaha atau kegiatan untuk memperbaiki hubungan manusia;
i.        Adanya suatu program yang lengkap atau baik untuk memeilihara atau mempertahankan semangat dan disiplin pegawai-pegawainya.[6]
Faktor yang mempengaruhi disiplin kerja adalah yang berasal dari dalam individu itu sendiri (self dicipline) artinya tidak ada unsur paksaan dan dilakukan sesuai dengan kesadaran sendiri. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh George Terry dalam Winardi adalah disiplin kerja yang datang dari individu pegawai itu sendiri merupakan disiplin yang paling efektif. Sedangkan Malayu S.P Hasibuan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja yaitu.
1.Tujuan dan kemampuan;
2.Teladan pimpinan
3.Balas jasa
4.Keadilan
5.Waskat
6.Sanksi hukuman;
7.Ketegasan;
8.Hubungan kemanusiaan;[7]
Menurut T. Hani Handoko menguraikan ada tipe disiplin yaitu:
1.      Disiplin Preventif yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendorong para pegawai agar mengikuti berbagai standar serta aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah, sasaran pokoknya yaitu untuk mendorong disiplin diri mereka bukan semata karena dipaksa manajemen.
2.      Disiplin korektif yaitu kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif seiring berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan bisa berupa peringatan atau skorsing.
3.      Disiplin progresif yang berarti memberikan hukuman yang lebih berat berulang, tujuannya yaitu memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman yang lebih sering dilaksanakan.[8]
Luthans menyatakan bahwa disiplin kerja dapat timbul karena :
2.      Self dicipline. Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan telah menjadi bagian dari organisasi, sehingga orang akan tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela mematuhi segala peraturan yang berlaku, dan
3.      Command dicipline. Dalam setiap organisasi, yang diinginkan pastilah jenis disiplin yang pertama, yaitu datang karena kesadaran dan keinsyafan. Akan tetapi kenyataan selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak di sebabakan oleh adanya semacam paksaan dari luar. (Luthan Fred, 2011: 132)
Menurut Supartha Disiplin kerja diukur dapat diukur dengan indikator yang dikembangkan oleh meliputi:
a.       Menggunakan waktu secara efektif,
b.      Datang tepat waktu, 
c.       Kualitas kerja baik,
d.      Mengikuti prosedur dan instruksi kerja,
e.       Selalu  hadir, dan
f.       Berpenampilan sopan.[9]
Dari uraian di atas maka dapat dipahami, bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan tertulis/tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan pada organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berkaitan dengan disiplin kerja guru, indikator-indikatornya meliputi:
1.      Menggunakan waktu secara efektif,
2.      Datang tepat waktu,
3.      Kualitas kerja baik,
4.      Mengikuti prosedur dan instruksi kerja,
5.      Selalu hadir, dan
6.      Berpenampilan sopan.


[1] Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara 2000, 145
[2] Prijidarminto Kiat Sukses Manajemen Rasulullah (Manajemen Sumber Daya Insani Berbasis Nilai-nilai Ilahiyah), Bandung: Khazanah Intelektual 2006: 110
[3] Hadari Nawawi, Manajemen strategic dengan ilustrasi organisasi profit dan non profit. Jakarta : Rajawali Perss 2000, 104
[4] Veithzal  Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004: 444
[5] Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, 2000, 208
[6] Felix A dan Manef, Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1999:10
[7] Malayu Hasibun S. P, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2002: 214
[8] Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE. 2000, 218
[9] Wayan Gede Supartha, Pengaruh Kebijakan dan Kepe- mimpinan Pemerintah Daerah terhadap Budaya Organisasi, Disiplin Pegawai dan Kinerja Puskesmas”. Jurnal Bisnis dan Manajemen. 2006 : Vol. 6. No. 2. hal. 121 – 140.,


Related

MANAJEMEN 8426033671304710919

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item