Artikel Tentang Disiplin Kerja.
https://alawialbantani.blogspot.com/2018/07/artikel-tentang-disiplin-kerja.html
Disiplin Kerja
a, Pengertian
Disiplin Kerja
Disiplin kerja adalah
bagaimana seseorang mampu untuk bekerja sesuai dengan aturan dan rambu-rambu
yang telah ditetapkan oleh organisasi dan mencapai tujuan organisasi. Sinungan
mengatakan bahwa ”secara terminologis disiplin berasal dari kata disciplina atau
dalam bahasa Inggrisnya disciple yang berarti ”pengajaran, latihan dan
sebagainya” sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”[1]
Sedangkan Prijidarminto dalam Cecep Darmawan berpendapat bahwa disiplin adalah
Suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetian, keteraturan dan
atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengan dirinya, sikap atau perbuatan yang
dilakukannya bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan
sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia berbuat tidak sebagaimana
lazimnya.[2]
Hadari Nawawi mengemukakan pendapatnya bahwa disiplin adalah sebagai usaha
mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah
disetujuai bersama dalam melaksanakan kegiatan agar pembinaan hukuman pada
seseorang atau kelompok orang dapat dihindari.[3]
Dari beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan sikap atau tingkah laku yang
menggambarkan kepatuhan pada suatu aturan dan ketentuan demi berlangsungnya
suatu kehidupan yang tertib, teratur dan nyaman sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Apabila sikap disiplin sudah menyatu pada diri pribadi, maka bukan dianggap
suatu beban, bahkan akan berlaku sebaliknya bilamana ia tidak melakukan
sebagaimana mestinya.
Sikap dan perilaku disiplin
akan muncul pada diri pribadi apabila ada suatu penekanan, penciptaan dari
lingkungan dimana individu berinteraksi, terutama dalam lingkungan kerja.
Disiplin kerja akan tercipta apabila suatu organisasi atau instansi menetapkan
aturan dan ketetapan sesuai dengan budaya dan kesepakatan bersama, agar tujuan
organisasi tercapai. Begitu juga disiplin kerja guru di sekolah, harus diciptakan
oleh kepala madrasah agar tertib dan teratur keberlangsungan sekolah. Hal ini
senada dengan yang diungkap oleh Veithzal Rivai mengatakan bahwa Disiplin kerja
adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan atau organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.[4] T.
Hani Handoko mendefinisikan disiplin secara sederhana yaitu disiplin sebagai
kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi.[5]
Seseorang dapat dikatakan memiliki disiplin kerja yang tinggi jika yang
bersangkutan konsekuen, konsisten, taat asas, bertanggungjawab atas tugas yang
diamanahkan kepadanya.
Dalam kaitanya dengan
pekerjaan, disiplin merupakan suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
ketaatan terhadap peraturan. Sikap disiplin akan muncul manakala bila telah
muncul niat dari dalam diri guru itu sendiri, hal ini akan lebih kuat mendorong
sikap dan perilaku untuk patuh dan mentaati peraturan sekolah. Sikap dan
perilaku disiplin muncul ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan dan kehendak
dalam mentaati segala peraturan yang berlaku.
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Faktor yang mempengaruhi
disiplin kerja menurut Felix A. Nigro dan Manef mengatakan ”sembilan faktor yang mempengaruhi disiplin, di
antaranya:
a.
Pengembangan struktur
organisasi yang sehat untuk melaksanakan program kepegawaian, dalam tanggung
jawab tugas setiap pegawai ditentukan dengan jelas dan tegas;
b.
Adanya klasifikasi atau
penggolongan jabatan yang sistematis dan luwes serta adanya rencana gaji yang
adil dengan mengingat adanya saingan yang berat dari sektor swasta;
c.
Adanya suatu pengusahaan
tenaga kerja dan penarikan tenaga kerja yang lebih baik dengan teknik
pengusahaan tenaga kerja yang maju;
d.
Adanya sistem seleksi yang
baik yang menjamin adanya pengangkatan calon-calon pegawai yang paling cakap
dan penempatannya dalam jabatan-jabatan pekerjaan yang sesuai;
e.
Adanya rencana kerja latihan
jabatan yang luas dengan maksud untuk menambah keahlian dan kecakapan pegawai,
membangun semangat kerja, dan mempersiapkan mereka untuk kenaikan pangkat;
f.
Adanya suatu rencana untuk
menilai suatu kecakapan pegawai secara berkala dan teratur dengan tujuan untuk
meneliti serta menetapkan pegawai yang paling cakap;
g.
Adanya suatu rencana
kenaikan pangkat yang terutama atas jasa dan kecakapan pegawai dengan adanya
sistem jabatan-jabatan yang sesuai sehinggi mereka dapat mencapai tingkatan
jabatan yang paling tinggi;
h.
Adanya usaha-usaha atau
kegiatan untuk memperbaiki hubungan manusia;
i.
Adanya suatu program yang
lengkap atau baik untuk memeilihara atau mempertahankan semangat dan disiplin
pegawai-pegawainya.[6]
Faktor yang mempengaruhi disiplin
kerja adalah yang berasal dari dalam individu itu sendiri (self dicipline)
artinya tidak ada unsur paksaan dan dilakukan sesuai dengan kesadaran sendiri.
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh George Terry dalam Winardi adalah
disiplin kerja yang datang dari individu pegawai itu sendiri merupakan disiplin
yang paling efektif. Sedangkan Malayu S.P Hasibuan mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja yaitu.
1.Tujuan dan kemampuan;
2.Teladan pimpinan
3.Balas jasa
4.Keadilan
5.Waskat
6.Sanksi hukuman;
7.Ketegasan;
8.Hubungan kemanusiaan;[7]
Menurut T. Hani Handoko menguraikan ada tipe disiplin yaitu:
1.
Disiplin Preventif yaitu
kegiatan yang dilakukan untuk mendorong para pegawai agar mengikuti berbagai
standar serta aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah, sasaran pokoknya
yaitu untuk mendorong disiplin diri mereka bukan semata karena dipaksa
manajemen.
2.
Disiplin korektif yaitu
kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan
mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan
korektif seiring berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan
bisa berupa peringatan atau skorsing.
3.
Disiplin progresif yang
berarti memberikan hukuman yang lebih berat berulang, tujuannya yaitu
memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum
hukuman yang lebih sering dilaksanakan.[8]
Luthans menyatakan bahwa disiplin kerja dapat timbul karena :
2.
Self dicipline. Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi
kebutuhannya dan telah menjadi bagian dari organisasi, sehingga orang akan
tergugah hatinya untuk sadar dan secara sukarela mematuhi segala peraturan yang
berlaku, dan
3.
Command dicipline. Dalam setiap organisasi, yang diinginkan pastilah jenis disiplin
yang pertama, yaitu datang karena kesadaran dan keinsyafan. Akan tetapi
kenyataan selalu menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak di sebabakan oleh
adanya semacam paksaan dari luar. (Luthan Fred, 2011: 132)
Menurut Supartha Disiplin
kerja diukur dapat diukur dengan indikator yang dikembangkan oleh meliputi:
a.
Menggunakan waktu secara
efektif,
b.
Datang tepat waktu,
c.
Kualitas kerja baik,
d.
Mengikuti prosedur dan
instruksi kerja,
e.
Selalu hadir, dan
f.
Berpenampilan sopan.[9]
Dari uraian di atas maka dapat dipahami, bahwa disiplin kerja
adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan ketaatan terhadap peraturan
tertulis/tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan
pada organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berkaitan dengan disiplin
kerja guru, indikator-indikatornya meliputi:
1.
Menggunakan waktu secara
efektif,
2.
Datang tepat waktu,
3.
Kualitas kerja baik,
4.
Mengikuti prosedur dan
instruksi kerja,
5.
Selalu hadir, dan
6.
Berpenampilan sopan.
[1]
Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara 2000,
145
[2]
Prijidarminto Kiat
Sukses Manajemen Rasulullah (Manajemen Sumber Daya Insani Berbasis Nilai-nilai Ilahiyah),
Bandung: Khazanah Intelektual 2006: 110
[3]
Hadari Nawawi, Manajemen strategic dengan ilustrasi organisasi profit dan non
profit. Jakarta : Rajawali Perss 2000, 104
[4]
Veithzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku
Organisasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004: 444
[5]
Hani Handoko, Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE, 2000, 208
[6]
Felix A dan
Manef, Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : PT. Pradnya Paramita,
1999:10
[7]
Malayu Hasibun
S. P, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2002: 214
[8]
Hani Handoko, Manajemen
Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE. 2000, 218
[9] Wayan Gede Supartha, Pengaruh Kebijakan dan Kepe- mimpinan Pemerintah Daerah terhadap Budaya
Organisasi, Disiplin Pegawai dan Kinerja Puskesmas”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. 2006 : Vol. 6. No. 2. hal. 121 – 140.,