KONSEP DAN TEORI TINGKAT PENDAPATAN


KONSEP DAN TEORI TINGKAT PENDAPATAN
1.    Pengertian Pendapatan.
Dalam Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya, bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya.[1] Senada dengan definisi di atas, dalam Webster’s juga disebutkan bahwa Earning is money gained by labor, services orperformance, wages, salary, etc.[2] Artinya, pendapatan adalah uang yang diperoleh dari hasil bekerja, pelayanan diri, gaji, upah dan lainlain.[3] Selain itu, pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.[4]
Menurut Kadariyah, pendapatan seseorang terdiri dari penghasilan berupa upah atau gaji, bunga sewa, dividend, keuntungan, dan merupakan suatu arus uang yang diukur dalam suatu jangka waktu, umpamanya seminggu, sebulan atau setahun[5]. Menurut pengertian tersebut yang dimaksud pendapatan adalah semua pemasukan yang diukur dalam jangka waktu.
Menurut Simanjuntak, bertambahnya pendapatan akan meningkatkan utility baik itu melalui pertambahan konsumsi, maupun melalui pertabahan waktu senggang. Dengan bertambahnya waktu senggang itu artinya mengurangi jam kerja. Pendapatan dapat diperoleh dari berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh masyarakat.[6]
Menurut Pertadiredja, pendapatan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu :
a.       Pendapatan sektor formal, meliputi pendapatan berupa uang dari gaji dan upah, hasil investasi, pendapatan berupa barang atau lainnya yang meliputi biaya pengobatan, transportasi maupun perumahan;
b.      Pendapatan sektor informal, meliputi pendapatan dari usaha yang meliputi usaha sendiri, komisi, penyerahan dan kerajinan rumah dan pendapatan keuntungan sosial; dan 
c.       Pendapatan sektor subsisten, meliputi produksi dengan konsumsi yang terletak di satu tangan atau masyarakat kecil. Apa yang diproduksi sendiri untuk dikonsumsi sendiri, dalam hal ini tidak mutlak dilakukan satu orang. Mungkin juga satu keluarga atau sekelompok orang.[7]
Pengertian pendapatan yang diuraikan diatas menjelaskan arti pendapatan dalam sudut pandang yang berbeda, dalam hal ini penulis akan mencoba mengartikan arti sebuah pendapatan, menurut penulis pendapatan adalah sebuah penghasilan yang diperoleh oleh seseorang atau kelompok, baik itu berupa materi maupun non materi. Dengan demikian arti pendapatan meruakan pengartian yang sangat luas.
2.   Tingkat Pendapatan
Para perintis ilmu ekonomi, membagi masyarakat atas tiga kategori, yaitu kaum pekerja (dan petani), para pengusaha atau kapitalis (kelas menengah) dan para tuan tanah.[8] Sedangkan menurut Valerie J. Hull yang dikutip oleh Masri Singarimbun, bahwa jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga termasuk barang dan hewan peliharaan dipakai untuk membagi keluarga ke dalam tiga kelompok pendapatan yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan pendapatan rendah.[9] Yang dimaksud dengan golongan berpenghasilan rendah adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kebutuhan pokok.[10]
Dilihat dari ekonomi dalam masyarakat terdiri dari tiga lapis yiatu:
a.       Lapisan ekonomi mampu atau kaya, terdiri dari para pejabat, pemerintah setempat, para dokter, insinyur dan kelompok profesional lainnya.
b.      Lapisan ekonomi menengah, yang terdiri dari alim ulama dan pegawai.
c.       Lapisan ekonomi miskin, yang terdiri dari buruh, para petani, buruh bangunan, buruh pabrik, dan buruh-buruh sejenis yang tidak tetap.[11]
Berbicara soal tingkat pendapatan maka akan mengukur sebah penghasilan seseorang atau kelompok, menurut penulis tinggi rendahnya pendapatan tidak bisa diukur dengan tempat, jabatan, waktu, dan usia, karena semua itu hanyalah sebuah sarana untuk memperolehnya. Menurut penulis manusia hanya sedikit yang memiliki pendapatan tinggi, hal ini terlihat dari sifat manusia yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka dapatkan. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula keinginnan untuk memperoleh yang lbih tinggi.
3.        Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan Pembangunan Negara.
Produk Domestik bruto (PDB) adalah nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara, baik yang dilakukan oleh warga negara yang bersangkutan maupun warga negara asing yang bekerja di wilayah tersebut.[12] Jumlah PDB dalam suatu negara menggambarkan kemampuan atau pertumbuhan ekonomi dari negara tersebut. Semakin tinggi/laju pertumbuhan ekonomi suatu negara maka akan mempengaruhi kemampuan masyarakat khususnya wajib pajak untuk membayar pajak. Peningkatan kemampuan untuk membayar pajak juga dapat dipicu dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Jika pendapatan masyarakat suatu negara tinggi maka kemampuan untuk membayar pajakpun semakin besar. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian Prastyo (2011) yang menyimpulkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita dapat mempengaruhi penerimaan pajak secara positif.
4.                  Sumber Pendapatan
Menurut biro pusat statistik, pendapatan terdiri dari:
a.       Pendapatan berupa uang. Yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber pendapatannya adalah:
1.      Gaji dan upah yang diperoleh dari:
2.      Kerja pokok;
3.      Kerja sampingan;
4.      Kerja lembur;
5.      Kerja kadang-kadang;
6.      Usaha sendiri, yang meliputi;
7.      Hasil bersih dari usaha sendiri;
8.      Komisi;
9.      Penjualan dari kerajinan rumah;
10.  Hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah;
11.  Keuntungan sosial, yakni pendapatan yang idperoleh dari kerja sosial
b.      Pendapatan berupa barang. Yaitu segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa:
1.      Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukan dalam;
2.      Beras;
3.      Pengobatan;
4.      Transportasi;
5.      Perumahan;
6.      Rekreasi;
7.      Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain:
c.       Pemakaian barang yang diproduksi di rumah
d.      Sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
e.       Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu penerimaan yang berupa:
1.      Pengambilan tabungan;
2.      Penjualan barang-barang yang dipakai;
3.      Penagihan piutang;
4.      Pinjaman uang;
5.      Kiriman uang;
6.      Hadiah/pemberian;
7.      Warisan; dan
8.      Menang judi[13]
Sebagaimana yang tertera diatas, bahwa sumber pendapatan terdiri dari pendapatan yang berupa uang dan pendapatan berupa barang, kedua sumber pendapatan tersebut sebenarnya memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Uang bisa mendaatkan barang sebaliknya barang juga bisa mendapatkan uang.
5.            Fungsi Pendapatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa fungsi pendapatan bagi kehidupan sehari-hari adalah untuk memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam hal ini penulis hanya akan membahas fungsi pendapatan tersebut ke dalam tiga bidang yaitu bidang ekonomi, sosial dan pendidikan. Untuk lebih jelasnya akan penulis jelaskan sebagai berikut:
a.                  Bidang ekonomi
Berbicara masalah ekonomi tidak lepas dengan masalah bagaimana mansuia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Masalah tersebut dihadapi semua manusia, semua masyarakat dan semua negara. Dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia semakin banyak jumlah, ragam dan variasinya. Akan tetapi dengan keterbatasan penghasilan, maka mereka lebih mengutamakan pada pemenuhan kebutuhan pokok.
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan esensial yang sedapat mungkin harus dipenuhi oleh suatu rumah tangga agar mereka bisa hidup secara wajar.[14] Kebutuhan pokok manusia ini dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tresier.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan hidup, seperti makanan, minuman, pakaian dan perumahan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi kebutuhan primer. Kebutuhan sekunder ini muncul karena manusia adalah makhluk yang berbudaya, sesuai kodrat manusia yang selalu merasa kekurangan, maka setelah makan, minum, pakaian dan mempunyai rumah sebagai tempat tinggal, selanjutnya mungkin mereka butuh kipas, kulkas, televisi, meja, kursi dan peralatan rumah tangga lainnya yang berfungsi meningkatkan kenyamanan serta kelancaran beraktivitas. Kebutuhan tresier adalah kebutuhan yang tidak begitu pokok, intinya bisa ditangguhkan bahkan bisa ditinggalkan, kebutuhan tresier antaralain seperti: refresing. 
Kebutuhan manusia selalu berkembang pada umumnya seseorang masih merasa belum cukup meskipun ia telah dapat memenuhi kebutuhan primer dan kebutuhan sekundernya. Mereka masih tetap memerlukan hal lain yang tingkatannya lebih tinggi, seperti ia membutuhkan rumah yang lebih bagus, mobil, kapal pesiar serta barang mewah yang lainnya. Jenis kebutuhan ini digolongkan ke dalam kebutuhan mewah atau yang sering disebut dengan kebutuhan tersier.[15]
Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang begitu banyak, maka manusia diharuskan bekerja, Allah berfirman.
وَلَا تَجۡعَلۡ يَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ فَتَقۡعُدَ مَلُومٗا مَّحۡسُورًا ٢٩
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal (QS. al-Isra’: 29).
b.   Bidang Sosial
Dalam masalah sosial, fungsi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sosial dalam masyarakat. Sebagai contoh di masyarakat tempat tinggal kita, sekarang ini terdapat pembangunan masjid atau tempat ibadah, maka sebagai makhluk sosial yang tinggal di lingkungan tersebut, mau tidak mau kita harus ikut membantu memberikan sumbangan demi suksesnya pembangunan tersebut.
Selain itu fungsi pendapatan juga dapat menaikan status sosial dalam masyarakat. Karena dalam masyarakat kita pada umumnya secara tidak disadari terdapat penggolongan status sosial, di mana mereka yang berpendapatan tinggi atau kaya mempunyai status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat, begitu pula sebaliknya mereka yang berpandapatan rendah mempunyai status sosial yang rendah pula.
Selain itu pada umumnya mereka yang berpendapatan tinggi cenderung lebih dihormati dan disegani dalam masyarakat daripada mereka yang berpendapatan rendah. Oleh karena itu, maka umat manusia harus mampu dan mau bekerja keras agar status sosial dalam masyarakat lebih baik. Karena Allah telah berfirman.
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ١١
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra’d: 11)
c.    Bidang Pendidikan
Kita telah mengetahui bahwa belajar itu suatu kewajiban bagi setiap makhluk hidup dalam rangka mempertahankan hidup dan belajar dapat diupayakan di sekolah. Di sekolah tidak hanya membutuhkan kepandaian saja, akan tetapi harus memiliki biaya untuk membiayai biaya pendidikan dan sarana prasarana pendidikan yang cukup mahal.
Di mana-mana di dunia ini dapat dibuktikan bahwa mereka yang berpendapatan tinggi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, memang tidak selalu bahwa yang berpendapatan tinggi saja yang mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke pendidikan, akan tetapi kalau kita bandingkan mereka yang brrpendapatan tinggi dan yang berpendapatan rendah, maka kita akan mendapatkan bahwa mereka yang berpendapatan tinggi, umumnya lebih mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke pendidikan tinggi daripada mereka yang berpendapatan rendah.






[1] Christpher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1994),  287.
[2] Jean L. Mc. Kechnie, Webster’s New Twentieth Century Dictionary, (Amerika: New World Dictionary, 1979),  569.
[3] Kadariyah, Analisa Pendapatan Nasional, (Jakarta: Bina Aksara, 1981), 26
[4] Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 1996), 170.
[5] Kadariyah, Analisa Pendapatan Nasional, (Jakarta: Bina Aksara, 1981), 26.
[6] Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber daya Manusia. Jakarta : LPFE UI. (1998), 54
[7] Partadiredja, Pengantar Ekonomika. Yogyakarta:BPFE-UGM (1998:87) 59
[8] T. Bilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro Jilid 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1994),  78.
[9] Masri Singarimbun, et.al., Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1985), 24.
[10] Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, (Jakarta: Rajawali, 1982), 80-81
[11] Soleman B. Toneko, Struktur dan Proses Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, (Jakarta: Rajawali, t.th.),  99-101.
[12] Tri Kurnawangsih dan Anto Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. (Jakarta; Grasindo, 2006), 26
[13]Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok,
(Jakarta: Rajawali, 1982), 92-94.
[14]Mulyanto Sumadi dan Hans Dieter-Evers Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, 81.
[15]Alam S., Ekonomi Jilid 1, (Jakarta: erlangga, 2001), 3-4.

Related

EKONOMI 1464875357823176377

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item