KONSEP DAN TEORI TINGKAT PENDAPATAN
https://alawialbantani.blogspot.com/2018/07/konsep-dan-teori-tingkat-pendapatan.html
1.
Pengertian Pendapatan.
Dalam
Kamus Ekonomi, pendapatan (income) adalah uang yang diterima seseorang dalam
perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan lain sebagainya,
bersama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya.[1]
Senada dengan definisi di atas, dalam Webster’s juga disebutkan bahwa Earning is money gained by labor, services orperformance, wages, salary, etc.[2]
Artinya, pendapatan adalah uang yang diperoleh dari hasil bekerja, pelayanan
diri, gaji, upah dan lainlain.[3]
Selain itu, pendapatan atau income dari seseorang adalah hasil penjualannya
dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi.[4]
Menurut
Kadariyah, pendapatan seseorang terdiri dari penghasilan berupa upah atau gaji,
bunga sewa, dividend, keuntungan, dan merupakan suatu arus uang yang diukur
dalam suatu jangka waktu, umpamanya seminggu, sebulan atau setahun[5].
Menurut pengertian tersebut yang dimaksud pendapatan adalah semua pemasukan
yang diukur dalam jangka waktu.
Menurut
Simanjuntak, bertambahnya pendapatan akan meningkatkan utility baik itu melalui pertambahan konsumsi, maupun melalui
pertabahan waktu senggang. Dengan bertambahnya waktu senggang itu artinya
mengurangi jam kerja. Pendapatan dapat diperoleh dari berbagai macam usaha yang
dilaksanakan oleh masyarakat.[6]
Menurut
Pertadiredja, pendapatan dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu :
a. Pendapatan sektor formal, meliputi pendapatan
berupa uang dari gaji dan upah, hasil investasi, pendapatan berupa barang atau
lainnya yang meliputi biaya pengobatan, transportasi maupun perumahan;
b. Pendapatan sektor informal, meliputi
pendapatan dari usaha yang meliputi usaha sendiri, komisi, penyerahan dan
kerajinan rumah dan pendapatan keuntungan sosial; dan
c. Pendapatan sektor subsisten, meliputi
produksi dengan konsumsi yang terletak di satu tangan atau masyarakat kecil.
Apa yang diproduksi sendiri untuk dikonsumsi sendiri, dalam hal ini tidak
mutlak dilakukan satu orang. Mungkin juga satu keluarga atau sekelompok orang.[7]
Pengertian
pendapatan yang diuraikan diatas menjelaskan arti pendapatan dalam sudut
pandang yang berbeda, dalam hal ini penulis akan mencoba mengartikan arti
sebuah pendapatan, menurut penulis pendapatan adalah sebuah penghasilan yang
diperoleh oleh seseorang atau kelompok, baik itu berupa materi maupun non
materi. Dengan demikian arti pendapatan meruakan pengartian yang sangat luas.
2. Tingkat Pendapatan
Para
perintis ilmu ekonomi, membagi masyarakat atas tiga kategori, yaitu kaum
pekerja (dan petani), para pengusaha atau kapitalis (kelas menengah) dan para
tuan tanah.[8]
Sedangkan menurut Valerie J. Hull yang dikutip oleh Masri Singarimbun, bahwa
jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga termasuk barang dan hewan
peliharaan dipakai untuk membagi keluarga ke dalam tiga kelompok pendapatan
yaitu pendapatan tinggi, pendapatan menengah dan pendapatan rendah.[9]
Yang dimaksud dengan golongan berpenghasilan rendah adalah golongan yang
memperoleh pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka
yang jumlahnya jauh lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kebutuhan pokok.[10]
Dilihat
dari ekonomi dalam masyarakat terdiri dari tiga lapis yiatu:
a.
Lapisan
ekonomi mampu atau kaya, terdiri dari para pejabat, pemerintah setempat, para
dokter, insinyur dan kelompok profesional lainnya.
b.
Lapisan
ekonomi menengah, yang terdiri dari alim ulama dan pegawai.
c.
Lapisan
ekonomi miskin, yang terdiri dari buruh, para petani, buruh bangunan, buruh
pabrik, dan buruh-buruh sejenis yang tidak tetap.[11]
Berbicara
soal tingkat pendapatan maka akan mengukur sebah penghasilan seseorang atau
kelompok, menurut penulis tinggi rendahnya pendapatan tidak bisa diukur dengan
tempat, jabatan, waktu, dan usia, karena semua itu hanyalah sebuah sarana untuk
memperolehnya. Menurut penulis manusia hanya sedikit yang memiliki pendapatan
tinggi, hal ini terlihat dari sifat manusia yang tidak pernah merasa puas
dengan apa yang mereka dapatkan. Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin
tinggi pula keinginnan untuk memperoleh yang lbih tinggi.
3.
Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan
Pembangunan Negara.
Produk Domestik bruto (PDB) adalah nilai
produk barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara, baik yang
dilakukan oleh warga negara yang bersangkutan maupun warga negara asing yang
bekerja di wilayah tersebut.[12] Jumlah PDB dalam suatu
negara menggambarkan kemampuan atau pertumbuhan ekonomi dari negara tersebut.
Semakin tinggi/laju pertumbuhan ekonomi suatu negara maka akan mempengaruhi
kemampuan masyarakat khususnya wajib pajak untuk membayar pajak. Peningkatan
kemampuan untuk membayar pajak juga dapat dipicu dengan peningkatan pendapatan
masyarakat. Jika pendapatan masyarakat suatu negara tinggi maka kemampuan untuk
membayar pajakpun semakin besar. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian
Prastyo (2011) yang menyimpulkan bahwa peningkatan pendapatan perkapita dapat
mempengaruhi penerimaan pajak secara positif.
4.
Sumber Pendapatan
Menurut
biro pusat statistik, pendapatan terdiri dari:
a. Pendapatan berupa uang. Yaitu segala
penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya
sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber pendapatannya adalah:
1. Gaji dan upah yang diperoleh dari:
2. Kerja pokok;
3. Kerja sampingan;
4. Kerja lembur;
5. Kerja kadang-kadang;
6. Usaha sendiri, yang meliputi;
7. Hasil bersih dari usaha sendiri;
8. Komisi;
9. Penjualan dari kerajinan rumah;
10. Hasil investasi, yakni pendapatan yang
diperoleh dari hak milik tanah;
11. Keuntungan sosial, yakni pendapatan yang
idperoleh dari kerja sosial
b.
Pendapatan
berupa barang. Yaitu segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa akan
tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang
atau jasa. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa:
1. Bagian pembayaran upah dan gaji yang
dibentukan dalam;
2. Beras;
3. Pengobatan;
4. Transportasi;
5. Perumahan;
6. Rekreasi;
7. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di
rumah, antara lain:
c. Pemakaian barang yang diproduksi di
rumah
d. Sewa yang seharusnya dikeluarkan
terhadap rumah sendiri yang ditempati.
e. Penerimaan yang bukan merupakan
pendapatan, yaitu penerimaan yang berupa:
1. Pengambilan tabungan;
2. Penjualan barang-barang yang dipakai;
3. Penagihan piutang;
4. Pinjaman uang;
5. Kiriman uang;
6. Hadiah/pemberian;
7. Warisan; dan
8.
Menang
judi[13]
Sebagaimana
yang tertera diatas, bahwa sumber pendapatan terdiri dari pendapatan yang
berupa uang dan pendapatan berupa barang, kedua sumber pendapatan tersebut
sebenarnya memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Uang bisa mendaatkan
barang sebaliknya barang juga bisa mendapatkan uang.
5.
Fungsi Pendapatan.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa fungsi pendapatan bagi kehidupan sehari-hari adalah untuk
memenuhi semua kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam hal ini penulis hanya akan
membahas fungsi pendapatan tersebut ke dalam tiga bidang yaitu bidang ekonomi,
sosial dan pendidikan. Untuk lebih jelasnya akan penulis jelaskan sebagai
berikut:
a.
Bidang ekonomi
Berbicara
masalah ekonomi tidak lepas dengan masalah bagaimana mansuia dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Masalah tersebut dihadapi semua manusia, semua masyarakat
dan semua negara. Dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia semakin banyak
jumlah, ragam dan variasinya. Akan tetapi dengan keterbatasan penghasilan, maka
mereka lebih mengutamakan pada pemenuhan kebutuhan pokok.
Kebutuhan
pokok adalah kebutuhan esensial yang sedapat mungkin harus dipenuhi oleh suatu
rumah tangga agar mereka bisa hidup secara wajar.[14]
Kebutuhan pokok manusia ini dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu kebutuhan
primer, kebutuhan sekunder dan kebutuhan tresier.
Kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan hidup, seperti
makanan, minuman, pakaian dan perumahan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah
kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi kebutuhan primer. Kebutuhan sekunder
ini muncul karena manusia adalah makhluk yang berbudaya, sesuai kodrat manusia
yang selalu merasa kekurangan, maka setelah makan, minum, pakaian dan mempunyai
rumah sebagai tempat tinggal, selanjutnya mungkin mereka butuh kipas, kulkas,
televisi, meja, kursi dan peralatan rumah tangga lainnya yang berfungsi
meningkatkan kenyamanan serta kelancaran beraktivitas. Kebutuhan tresier adalah
kebutuhan yang tidak begitu pokok, intinya bisa ditangguhkan bahkan bisa
ditinggalkan, kebutuhan tresier antaralain seperti: refresing.
Kebutuhan
manusia selalu berkembang pada umumnya seseorang masih merasa belum cukup
meskipun ia telah dapat memenuhi kebutuhan primer dan kebutuhan sekundernya.
Mereka masih tetap memerlukan hal lain yang tingkatannya lebih tinggi, seperti
ia membutuhkan rumah yang lebih bagus, mobil, kapal pesiar serta barang mewah
yang lainnya. Jenis kebutuhan ini digolongkan ke dalam kebutuhan mewah atau
yang sering disebut dengan kebutuhan tersier.[15]
Untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang begitu banyak, maka manusia diharuskan bekerja, Allah
berfirman.
وَلَا تَجۡعَلۡ يَدَكَ
مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ فَتَقۡعُدَ
مَلُومٗا مَّحۡسُورًا ٢٩
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi
tercela dan menyesal (QS. al-Isra’: 29).
b.
Bidang Sosial
Dalam
masalah sosial, fungsi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sosial dalam
masyarakat. Sebagai contoh di masyarakat tempat tinggal kita, sekarang ini
terdapat pembangunan masjid atau tempat ibadah, maka sebagai makhluk sosial
yang tinggal di lingkungan tersebut, mau tidak mau kita harus ikut membantu
memberikan sumbangan demi suksesnya pembangunan tersebut.
Selain
itu fungsi pendapatan juga dapat menaikan status sosial dalam masyarakat.
Karena dalam masyarakat kita pada umumnya secara tidak disadari terdapat
penggolongan status sosial, di mana mereka yang berpendapatan tinggi atau kaya
mempunyai status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat, begitu pula
sebaliknya mereka yang berpandapatan rendah mempunyai status sosial yang rendah
pula.
Selain
itu pada umumnya mereka yang berpendapatan tinggi cenderung lebih dihormati dan
disegani dalam masyarakat daripada mereka yang berpendapatan rendah. Oleh
karena itu, maka umat manusia harus mampu dan mau bekerja keras agar status
sosial dalam masyarakat lebih baik. Karena Allah telah berfirman.
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ
مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا
بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ
وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ١١
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(QS. Ar-Ra’d: 11)
c.
Bidang Pendidikan
Kita
telah mengetahui bahwa belajar itu suatu kewajiban bagi setiap makhluk hidup
dalam rangka mempertahankan hidup dan belajar dapat diupayakan di sekolah. Di
sekolah tidak hanya membutuhkan kepandaian saja, akan tetapi harus memiliki
biaya untuk membiayai biaya pendidikan dan sarana prasarana pendidikan yang
cukup mahal.
Di
mana-mana di dunia ini dapat dibuktikan bahwa mereka yang berpendapatan tinggi
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh pendidikan yang lebih
tinggi, memang tidak selalu bahwa yang berpendapatan tinggi saja yang mempunyai
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke pendidikan, akan tetapi kalau kita
bandingkan mereka yang brrpendapatan tinggi dan yang berpendapatan rendah, maka
kita akan mendapatkan bahwa mereka yang berpendapatan tinggi, umumnya lebih
mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke pendidikan tinggi
daripada mereka yang berpendapatan rendah.
[1]
Christpher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta:
Erlangga, 1994), 287.
[2] Jean L.
Mc. Kechnie, Webster’s New Twentieth Century Dictionary, (Amerika: New
World Dictionary, 1979), 569.
[3] Kadariyah, Analisa
Pendapatan Nasional, (Jakarta: Bina Aksara, 1981), 26
[4] Boediono, Ekonomi
Mikro, (Yogyakarta: BPFE, 1996), 170.
[5] Kadariyah, Analisa
Pendapatan Nasional, (Jakarta: Bina Aksara, 1981), 26.
[6] Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber daya Manusia.
Jakarta : LPFE UI. (1998), 54
[8] T.
Bilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro Jilid 2, (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), 78.
[9] Masri Singarimbun,
et.al., Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1985), 24.
[10]
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok,
(Jakarta: Rajawali, 1982), 80-81
[11] Soleman
B. Toneko, Struktur dan Proses Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan,
(Jakarta: Rajawali, t.th.), 99-101.
[12] Tri Kurnawangsih dan
Anto Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. (Jakarta;
Grasindo, 2006), 26
[13]Mulyanto
Sumardi dan Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok,
(Jakarta:
Rajawali, 1982), 92-94.
[14]Mulyanto Sumadi dan Hans
Dieter-Evers Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, 81.
[15]Alam S., Ekonomi Jilid
1, (Jakarta: erlangga, 2001), 3-4.