Konsep Daya Beli



Daya beli (Purchasing Power) merupakan kemampuan seseorang dalam mengkonsumsi suatu produk. Daya beli antara satu orang dengan orang lainnya pastilah berbeda. Hal tersebut dapat disebabkan oelh beberapa faktor, seperti dilihat dari status orang tersebut, pekerjaan, penghasilah, dan sebagainya.
Daya beli juga mempunyai hubungan erat dengan suatu barang atau produk. Bila brang atau produk tersebut mempunyahi harga murah, maka daya beli masyarakt terhadap barang tersebut juga akan meningkat. Hal ini berlaku seperti pada hukum permintaan.
Daya beli masyarakat adalah salah satu alat ukur yang dapat mengestimasi pendapatan masyarakat secara riil. Namun demikian hingga saat ini, analisa data maupun kajian-kajian mengenai daya beli belum memadai. Data dan kajian tentang daya beli berguna untuk memperoleh gambaran antara lain sebagai berikut:
1.    Gambaran mengenai Kemampuan Ekonomi masyarakat (tingkat konsumsi rata-rata per kapita dan pendapatan rata- rata per kapita);
2.    Gambaran Pertumbuhan Ekonomi secara makro (Produk Domestik Regional Bruto, Laju Pertumbuhan Ekonomi, dan Perubahan Struktur Ekonomi);
3.    Gambaran pertumbuhan Sektor-sektor perekonomian masyarakat (kontribusi sektor perekonomian, kebijakan sektoral, dan produktivitas sektoral);
4.    Salah satu data dasar untuk membuat arah dan kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui prioritas program dan kegiatan di setiap sektor untuk masing-masing SKPD.
Semakin rendah daya beli suatu masyarakat berkaitan erat dengan perekonomian pada saat itu yang sedang memburuk dengan demikian berarti semakin rendah kemampuan mansyarakat membeli suatau barang atau jasa.
Beberapa program yang disarankan oleh beberapa ahli ekonomi dalam masalah daya beli yang menurun sebagai solusi jangka pendek adalah pemerintah bisa menyiapkan program-program yang menyentuh langsut urat nadi ekonomi alias program pro rakyat.
Program-program itu antara lain bantuan tunai, pemberian subsidi langsung, dan memperkuat sektor pembiayaan UMKM. Program-progrma tersebut bisa menahan daya beli penduduk miskin dan hamper miskin, selagi pemerintah menyiapkan upaya-upaya jangka Panjang dan menengah.
Upaya-upaya ekonomi selanjutnya bisa difokuskan pada peningkatan akses masyarakat miskin terhadap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, meningkatkan akses masyarakat terhadap Pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan pemberdayaan masyararkat dalam meningkatkan pendapatan kelompok miskin.
Pemerintah juga penting untuk mengarahkan program-program yang mengoptimalkan sumber daya domestik karena sampai saat ini ketergantungan kita terhadap luar negeri  masih sangat tinggi sehingga harus dikurangi secara bertahap. Sebagai contoh himbauan pemerintag kepada masyarakt agar menggunakan produk local sulit dipenuhi, karena daya beli masyarakt menurun.
Disaat daya beli masyarakt yang menurun maka masyarakat lebih memilih produk yang murah bukan berdasarkan import ataupun local. Pemerintah harus berusaha meningkatkan daya saing produk dalam negeri terhadap barang import. Penurunan daya beli berdampak pada pilihan masyarakt pada hal-hal penting untuk mengakses dan memenuhi kebutuhannya. Tidak peduli apakah itu produk dalam negeri atu luar negeri yang harganya murah itulah daya beli.
Pemerintah sebaiknya fokus pada ketersediaan produksi dalam negeri agar efisien sehingga bisa memenangkan persaingan dan dapat mengalahkan barang-barang import. Untuk lebih lanjutnya dapat kita tinjau lebih dalam dari pola konsumsi masyarakat pada umumnya melalui beberapa pemaparan sebagai berikut:
1.    Pola Konsumsi
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia, pola adalah gambar yang dipakai untuk contoh batik atau tenun, ragi tahu suri, potongan kertas yang dipakai sebagai contoh dulu membuat baju dan sebagainya, model bentuk (struktur) yang tetap. Dan juga diartikansebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu, sedangkan istilah konsumsi berasal dari bahasa latin, yaitu consumer yang artinya menghabiskan atau menggerogoti. Kemudian konsumsi diterjemahakan dalam bahasa inggris menjadi consuption yang berarti menghaniskan atau mengurangi nilai guna suatu barang atau jasa yang dilakukan sekaligus atau bertahap untuk memenuhi kebutuhan.[1]
Konsumsi secara umum diartikan sebagai penggunaan barang dan jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi sebagai pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang dan jasa-jas akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan demikian, polakonsummsi dapat diartikan sebagai susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu yang dipenuhi dari pendapatannya.
Pola konsumsi setiap orang berbeda-beda. Orang yang berpendapatan tinggi berbeda pola konsumsinya dengan orang yang berpendapatan menengah, dan akan berbeda pula dengan orang yang berpendapatan rendah. Perbedaan pola konsumsi tiap orang tidak hanya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi.
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi
Pola konsumsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, diantaranya yaitu:[2]
1.      Tingkat Pendapatan masyarakat yaitu tingkat pendapatan (income) dapat digunakan untuk dua tujuan, yaitu konsumsi (consuption) dan tabungan (saving), dan hubungan ketiganya dapat terbentuk dalam persamaan I=C+S, adalah merupakan besar kecilnya pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi. Semakon besar tingkat pendapatan seseorang, biasanya akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi, sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah akan diikuti dengan tingkat konsumi yang rendah pula.
2.      Selera konsumsen, setiap orang memiliki kegiatan yang berbeda dan ini akan mempengaruhi pola konsumsi. Konsumen akan memilih satu jenis barang untuk dikonsumsi dibandingkan jenis barang lainnya.
3.      Harga barang, jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka konsumsi barang tersebut akan mengalami penurunan. Sebaliknya jika harga barang mengalami penurunan, maka konsumsi barang tersebut akan mengalami kenaikan. Kaitan konsumsi dengan harga barang dapat dibedakan apakah barang tersebut bersifat substitusi atau komplementer.
4.      Tingkat pendidikan masyarakat, tinggi rendahnya pendidikan masyarakat akan mempengaruhi terhadap perilaku, sikap, dan kebutuhan konsumsinya.
5.      Jumlah keluarga, besar kecilnya jumlah keluarga akan mempengaruhi pola konsumsiya.
6.      Lingkungan, keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh pada perilaku konsumsi masyarakat. Contohnya, Indonesia yang merupakan daerah tropis tidak begitu membutuhkan baju hangat dibandingkan dengan daerah kutub utara dan kutub selatan.



[1] Arneas, “Pengertian Produksi, Konsumsi dan Distribusi”, . (diakses, 12 Juni 2017)
[2] Suparmo, “Teori Konsumsi”, (diakses 19 Oktober 2017)

Related

EKONOMI 527345636890885579

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item