Hakikat, Fungsi dan Tujuan Pendiidkan

https://alawialbantani.blogspot.com/2018/07/hakikat-fungsi-dan-tujuan-pendiidkan.html
Setelah
kita mengetahui beberapa definisi pendidikan di atas, maka kita akan mengetahui
apa sebenarnya hakekat pendidikan itu. Hakekat pendidikan adalah usaha orang
dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta
kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formil dan non formil.[1]
Menurut
T. Raka Soni, hakekat pendidikan adalah:
a.
Pendidikan
merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan kedaulatan
subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
b.
Pendidikan
merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang
mengalami perubahan yang semakin pesat.
c.
Pendidikan
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi yang semakin pesat.
d.
Pendidikan
berlangsung seumur hidup.
e.
Pendidikan
merupakan kiat dalam menerapkan prinsip IPTEK bagi pembentukan manusia
seutuhnya.[2]
Jadi,
pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan yaitu pembentukan
kepribadian dan kedewasaan yang berlangsung seumur hidup. Kata kepribadian dan
kedewasaan menurut penulis ini mengisaratkan, bahwa peserta didik bukan hanya
dituntut untuk mengetahui ilmu pengetahuannya, namun lebih jauh dituntut untuk
bisa mengimplementasikannya dalam dunia nyata.
B. Fungsi Pendidikan
Berbicara
tentang fungsi pendidikan memang banyak pendapat yang berbeda dalam
merumuskannya, di antaranya adalah Achmadi, yang merumuskan fungsi pendidikan
sebagai berikut:
a.
Mengembangkan
wawasan subjek didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya sehingga dengannya
akan timbul kreatifitasnya.
a.
Melestarikan
nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupannnya sehingga
keberadaannya baik secara individual maupun sosial lebih bermakna.
b.
Membuka
pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan
dan kemajuan hidup individual maupun sosial.[3]
Selain
itu, seorang ahli sosiologi pendidikan, Ballantine menekankan bahwa fungsi
pendidikan adalah identik dan sejalan dengan proses perubahan melalui proses
sosialisasi, seleksi, latihan, penempatan individu dalam posisi tertentu dalam
masyarakat, inovasi serta pengembangan personal dan sosial.[4]
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan di samping dapat memberikan wawasan
tentang pengetahuan kepada peserta didik juga dapat menentukan atau
meningkatkan status sosial ekonomi peserta didik. Artinya, bahwa seseorang yang
mendapatkan pendidikan lebih tinggi, akan lebih tinggi pula status sosial
ekonominya dalam kehidupan masyarakat. Karena dengan bekal yang telah diperoleh
seseorang dari lembaga pendidikan yang pernah dimasuki secara tidak langsung
dapat membuka pintu ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sangat bermanfaat
bagi kelangsungan hidup individual maupun sosial sebagaimana ditegaskan dalam
fieman Allah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ
يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ
وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah ayat 11)
Dari
ayat di atas menunjukkan betapa sangat mulianya orang-orang yang mempunyai ilmu
pengetahuan di sisi Allah. Sedangkan waktu di dunia saja dapat dirasakan
kemuliaan itu. Jadi orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan dapat
memanfaatkannya, maka Allah akan memberikan kemudahan baik di dunia maupun di
akhirat, akan tetapi jika ilmu yang dimilikinya tidak dimanfaatkan dengan baik,
maka akan dipinta pertanggung jawabannya oleh Allah.
C. Tujuan Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu.[5]
Secara umum, tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah tingkat
kedewasaan. Artinya,membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri) di
dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat.[6]
Tujuan
umum pendidikan berdasakan Ketetapan MPR-RI Nomor.IV/MPR/1978 yang berbunyi
sebagai berikut: “Pendidikan Nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan
untuk meningkatkan kecerdasan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.[7]
Dengan demikian, menurut penulis tujuan pendidikan sebagaimana disampaikan
dalam Ketetapan MPR tersebut menegaskan, bahwa pendidik bukan hanya dipinta
untuk membuat peserta didik tahu tetapi juga dituntut agar peserta didik mampu
mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari pendidikan.
Sedangkan
tujuan pendidikan yang berlangsung di Indonesia mengacu kepada potensi perserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[8]
Dalam UU RI. No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disana
tertulis selain peserta didik harus berilmu juga harus cakap, kreatif dan
mandiri.
Al-Ghazali
merumuskan tujuan pendidikan sebagai berikut:
a.
Aspek
keilmuan, yang mengantarkan manusia agar senang berpikir, menggalakkan
penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi manusia yang cerdas dan
terampil.
b.
Aspek
kerohaniaan, yang mengantarkan manusia agar berakhlak mulia, berbudi luhur dan
berkepribadian kuat.
c.
Aspek
ketuhanan, yang mengantarkan manusia beragama agar dapat mencapai kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.[9]
Selain
itu, Iqbal menekankan bahwa tujuan pokok pendidikan adalah penanaman agama dan
ideologi. Pelajar harus diajarkan makna dan tujuan hidup, kedudukan manusia di
dunia, ajaran tauhid, kenabiaan dan tentang akhirat. Mereka harus diajar untuk
bertanggung jawab terhadap kehidupan individu dan sosial, nilaai moral Islam,
ciri dan isi kebudayaan Islam, kewajiban dan misi orang Islam.[10]
Dari
beberapa pendapat di atas, tentang tujuan pendidikan dapat penulis simpulkan,
bahwa pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah pemindahan pengetahuan dan nilai
demi terbentuknya kepribadian yang akhirnya dapat mewujudkan tujuan hidup,
yaitu mengabdi agar menjadi manusia yang sempurna, yang berhasil di dunia dan
di akhirat, firman Allah.
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ
وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S Adz-Dzaariyaat:
56)
Dari ayat di atas, dapat dikatakan bahwa
Allah SWT. Menciptakan manusia itu tidak semata-mata karena kekuasaannya, akan
tetapi juga ada tanggung jawab yang harus dikerjakan oleh manusia, yaitu
mengabdi. Dalam hal ini tidak hanya beribadah seperti shalat, zakat, puasa dan
lain sebagainya, akan tetapi juga termasuk mencari ilmu, yaitu lewat pendidikan.
Pendidikan yang dimaksud adalah semua jenis pendidikan, baik itu pendidikan
Informal, Formal, dan Nonformal.
[1] H.M.
Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), 14.
[2] H. Zahara Idris dan H.
Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1995),1
[3]Achmadi,
Islam sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Semarang: Aditya Media,
1992), 23.
[4] Suyanto
dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki
Milenium III, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000), 212.
[5]Suryosubroto,
Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990),
24
[6]
Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1990), 18
[7]Hadari
Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta: Haji
Masagung, 1989), 71.
[9]Zainudin,
Seluk Beluk Pendidikan Dari al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
48-49.