Teori dan Tujuan Belajar Menurut Para Ahli Pendidikan
https://alawialbantani.blogspot.com/2018/08/teori-dan-tujuan-belajar-menurut-para.html
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang
sudah tidak asing, bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan, baik
malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.
Namun demikian tidak setiap orang mengetahui apa pengertian belajar.
Seandainya dipertanyakan apa yang sedang dilakukan, biasanya dijawab “belajar”.
Itu saja titik. Sebenarnya dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan
dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah
belajar.[1]
Usaha memahami pengertian belajar ini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara
lain sebagai berikut:
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.[2]
Menurut Skinner yang telah dikutip oleh Muhibbin Syah, belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif yaitu akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi
penguat.[3]
Menurut H.C Witherington yang telah dikutip oleh Retno Indayati,
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.[4]
Menurut Morgan yang telah dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.[5]
Menurut Sardiman belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga
psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang
berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.[6]
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan
psiko fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penegasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan
dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan.[7]
Secara umum belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses
interaksi antara diri manusia (id-ego-super
ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep,
ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu
adalah:
a.
Proses internalisasi dari
sesuatu ke dalam diri yang belajar, dan
b.
Dilakukan secara aktif, dengan
segenap panca indera ikut berperan.[8]
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan
adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,
yaitu bahwa:
a. Belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebuh buruk.
b. Belajar merupakan suatu
perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak
dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri seorang bayi.
c. Tingkah laku yang mengalami
perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik
maupun psikis, seperti; perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.[9]
Dalam perspektif keagamaan, belajar merupakan kewajiban bagi setiap
orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan
derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalah ayat 11 yang
bebunyi:
Artinya:
“…niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q. S Al-Mujadalah: 11)
2. Tujuan Belajar
Mengenai tujuan-tujuan
belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang
eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, biasa dinamakan
dengan instructional effects, yang
biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan belajar
secara umum antara lain sebagai berikut ini:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan
kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir merupakan hal
yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pegetahuan. Sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pegetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar
perkembangannya di dalam kegiatan belajar.
Adapun jenis interaksi
atau cara yang digunakan untuk kepentingan pada umumnya dengan model kuliah
(presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian, anak
didik/siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan
sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam
rangka memperkaya pengetahuannya.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau
merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan
yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah
keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan
menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang
yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah-masalah “teknik” dan
“pengulangan”. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu
berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat sebagaimana
ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan
penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan
dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal
“pengulangan”, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat.
Keterampilan memang
dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga
mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa kata
atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada
pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan
semata-mata hanya menghafal atau meniru.
c. Pembentukan
sikap
Pembentukan sikap mental
dan perilaku anak didik tidak akan terlepas dari soal-soal penanaman
nilai-nilai, transfer of values. Jadi
pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pegetahuan,
keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar
berarti akan menghasilkan hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan
belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi:
a.
Hal ihwal keilmuan dan
pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif).
b.
Hal
ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif).
c.
Hal
ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan
(psikomotorik).
Ketiga hasil belajar di
atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan
programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri anak akan merupakan
suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Ketiganya itu dalam kegiatan belajar
mengajar, masing-masing direncanakan sesuai dengan butir-butir bahan pelajaran
(content). Karena semua itu bermuara
kepada anak didik, maka setelah terjadi proses internalisasi, terbentuklah
suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem lingkungan
yang mendukung.[10]
[6] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar.
(Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), h. 21
[7] Ibid., h. 20-21
[8] Ibid., h. 22
[9] Ngalim Purwanto, Psikologi …,
h. 85
[10] Sardiman, Interaksi …, h.
26-28