Teori Proses dan Tahapan Belajar menurut Para Ahli Pendidikan
https://alawialbantani.blogspot.com/2018/08/teori-proses-dan-tahapan-belajar.html
Proses dan Tahapan Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke
depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah
pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin proses aalah suatu perubahan
khususnya yag menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan.
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau
langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam
anak didik/siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi
ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.[1]
Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu
di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan
tersebut timbul melalui tahap-tahap berikut ini:
a.
Menurut Jerome S. Bruner
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang
berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya
telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu
dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual supaya kelak pada giliranya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih
luas. Bagi siswa pemula, bimbingan guru yang diharapkan kompeten dalam
mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi
pelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai
sejauh mana informasi yang sudah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.[2]
b.
Menurut Arno F. Wittig
Pada tingkatan acquisition
(tahap perolehan/penerimaan informasi) seorang siswa mulai menerima informasi
sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Pada tahapan ini, terjadi pada asimulasi antara
pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan
tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan
kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage (tahap penyimpanan informasi) seorang siswa secara otomatis
akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh
ketika mejalani proses acquition.
Pada tingkatan retrieval (tahap
mendapatkan kembali informasi) seorang siswa aka mengaktifkan kembali
fungsi-fungsi system memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau
memecahkan masalah. Proses retrieval
pada dasarya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan
memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi,
simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebaai respons atau stimulus yang
sedang dihadapi.
c.
Menurut Albert Bandura
Tahap perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa/anak didik pada umumya
memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik
terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang
sebelumnya telah mereka ketahui.
Tahap penyimpanan dalam
ingatan. Pada tahap berikutnya, informasi berupa
materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam
memori. Para anak didik lazimnya akan lebih
baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau
perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama,
istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.
Tahap reproduksi. Pada tahap reproduksi, segala bayangan/citra mental atau kode-kode
simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan
dalam memori para anak didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi
tingkat penguasaan para anak didik, guru/pembimbing dapat menyuruh mereka
membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dalam
menggunakan sarana post-test.
Tahap
motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya
peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat
berfungsi sebagai reinforcement
(penguatan) bersemayamnya segala informasi dalam memori para anak didik. Pada
tahap ini, guru/pembimbing dianjurkan memberian pujian, hadiah, atau nilai
tertentu kepada para anak didik yang ebrkinerja memuaskan. Sementara itu,
kepada mereka yang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan
akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan model
(guru/pembimbing) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya
ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi atau
perilaku tersebut.[3]
[1] Muhibbin Syah, Psikologi
Belajar, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006, h. 109
[2] Ibid., h. 109-110
[3] Ibid., h. 110-113