Teori Proses dan Tahapan Belajar menurut Para Ahli Pendidikan




Proses dan Tahapan Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin proses aalah suatu perubahan khususnya yag menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan.

Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam anak didik/siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.[1]

Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap berikut ini:

a.       Menurut Jerome S. Bruner
Dalam tahap informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada giliranya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, bimbingan guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang sudah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi.[2]

b.       Menurut Arno F. Wittig
Pada tingkatan acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi) seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahapan ini, terjadi pada asimulasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage (tahap penyimpanan informasi) seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika mejalani proses acquition. Pada tingkatan retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi) seorang siswa aka mengaktifkan kembali fungsi-fungsi system memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebaai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.

c.       Menurut Albert Bandura
Tahap perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa/anak didik pada umumya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui.

Tahap penyimpanan dalam ingatan. Pada tahap berikutnya, informasi berupa materi dan contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori. Para anak didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.

Tahap reproduksi. Pada tahap reproduksi, segala bayangan/citra mental atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para anak didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para anak didik, guru/pembimbing dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap misalnya dalam menggunakan sarana post-test.

Tahap motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai reinforcement (penguatan) bersemayamnya segala informasi dalam memori para anak didik. Pada tahap ini, guru/pembimbing dianjurkan memberian pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada para anak didik yang ebrkinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan model (guru/pembimbing) bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi atau perilaku tersebut.[3]





[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006, h. 109
[2] Ibid., h. 109-110
[3] Ibid., h. 110-113

Related

PENDIDIKAN 2473874925945916202

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item