AFF Suzuki Cup atau Piala AFF akan mengalami perubahan besar mulai tahun 2018
https://alawialbantani.blogspot.com/2018/11/aff-suzuki-cup-atau-piala-aff-akan.html
AFF Suzuki Cup atau Piala AFF akan mengalami perubahan besar mulai tahun 2018 mendatang. Seperti apa perubahan tersebut?
Ajang dwitahunan sepakbola terbesar di Asia Tenggara akhirnya akan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Konfirmasi perubahan tersebut dinyatakan dalam pertemuan konferensi AFF yang diselenggarakan di Bali, Indonesia pada 22 dan 23 September 2017 lalu. Sembari mengukuhkan beberapa penghargaan individual, pihak AFF juga berdiskusi tentang kelangsungan sepakbola di Asia Tenggara.
Perubahan paling mencolok adalah tidak adanya negara tuan rumah dalam pagelaran AFF Suzuki Cup 2018 dan selanjutnya nanti. Myanmar dan Filipina pada tahun 2016 lalu kemungkinan menjadi negara terakhir yang berstatus tuan rumah kompetisi sepakbola dwi tahunan ini. Singkatnya, semua negara peserta akan berpeluang menjadi tuan rumah pada babak fase grup AFF 2018 nanti karena seluruh turnamen akan berformat kandang-tandang.
Tentu saja, dilihat dari manapun, perubahan format tuan rumah ini sudah pasti aspek bisnis yang berbicara. Ketika suatu negara menjadi peserta dan merasakan atmosfer menjadi tuan rumah, pemasukan secara finansial sekaligus dukungan moril dari puluhan ribu supporter yang datang akan menjadi keuntungan tersendiri bagi negara tersebut.
“Yang pasti format baru ini akan lebih lama durasinya dengan format kandang-tandang. Tapi, hal itu pasti akan membantu tim peserta mendapatkan lebih banyak pemasukan lewat tiket masuk," ujar Sekjen AFF, Datuk Hamidin Mohd Amin.
Contoh kecilnya adalah negara-negara seperti Kamboja, Laos, Brunei Darussalam ataupun Timor Leste yang belum pernah menajdi tuan rumah Piala AFF edisi sebelumnya, akan kebagian menjalani laga kandang bagi timnasnya saat bertanding di kompetisi ini. Menguntungkan bagi mereka? Sudah pasti. Negara-negara langganan tuan rumah seperti Indonesia, Singapura Thailand, dll memang tak akan terlalu aneh karena mereka cukup berpengalaman dalam kompetisi ini.
Lalu, jika tiap peserta di fase grup akan mengalami partai kandang, apakah total laga yang dijalani akan lebih banyak dua kali lipat seperti sistem liga (round-robin home away) secara penuh? Tentu saja tidak.
Tiap negara partisipan nantinya direncanakan akan menngelar dua kali partai kandang dan dua kali partai tandang sehingga jumlah laga tetap empat kali di fase grup. Singkatnya, tiap grup nanti akan memiliki lima peserta dan secara keseluruhan akan memiliki sepuluh partisipan mulai 2018 nanti.
Jika Anda masih bingung, begini; misalnya grup A nanti berisikan Indonesia, Malaysia, Laos, Filipina dan Timor Leste. Setelah hasil undian sedemikian rupa, Skuat Garuda ternyata berhak bermain laga kandang saat menjamu Malaysia dan Timor Leste. Nah, dua laga sisanya (vs Laos dan Filipina), skuat Garuda harus berlaga di kandang mereka.
Dengan penambahan menjadi 10 peserta ini tentu saja menambah peluang negara-negara medioker untuk berpartisipasi setelah tahun-tahun sebelumnya hanya menerima delapan negara partisipan saja.
"Sebelumnya, hanya dua negara yang jadi tuan rumah di babak grup. Piala AFF diminati banyak orang dan saya yakin fans akan mendukung tiap-tiap pertandingan," ucap Hamidin.
Sebagai info tambahan, 10 peserta di Piala AFF sebetulnya pernah dilakukan pada tahun 1996 dan tahun 2004 lalu. Namun pada edisi 2000 dan 2002, jumlah peserta turnamen ini hanya sembilan negara saja. Kemudian sejak 2007 hingga tahun 2016 lalu, kembali berkurang delapan peserta di putaran grup AFF ini. Sedangkan dalam hal tuan rumah, pada tahun 1996 (Singapura), 1998 (Vietnam), dan 2000 (Thailand) digelar di satu tuan rumah. Namun di edisi tahun 2002 hingga 2016 lalu, rutin digelar di dua negara.
Untuk tahun 2018 nanti, sembilan negara peringkat teratas seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, Myanmar, Singapura, Kamboja dan Laos dikabarkan akan langsung mengikuti fase grup di Piala AFF 2018 mendatang. Satu peserta sisanya akan diperebutkan oleh Timor Leste dan Brunei Darussalam lewat partai playoff dua leg (kandang-tandang) pada rentang 3 sampai 11 September 2018 nanti. Rentang tanggal tersebut memang bertepatan juga dengan kalender FIFA yang merupakan jeda internasional.
Ini jelas memberi ruang dan waktu untuk istirahat, latihan, serta akomodasi bagi pemain serta staf pelatih andai perjalanan yang ditempuh cukup jauh (seperti dari Timor Leste menuju Myanmar, misalnya).
Dengan segala perubahan yang cukup signifikan seperti yang telah dijelaskan di atas sebelumnya, format semifinal dan final ternyata masih menggunakan format kandang tandang seperti yang telah dipakai sejak tahun 2004 lalu. Anda boleh setuju atau tidak, terutama untuk partai final, partai dua leg ini memang tak terasa seperti final betulan. Meski pada akhirnya ada untung dan rugi, pro dan kontra akan selalu ada menyertai partai final dua leg seperti di kompetisi AFF ini.
Pada akhirnya, bagaimanapun format kompetisinya, kita rakyat Indonesia tentu berharap banyak skuat Garuda kebanggaan kita mampu menorehkan tinta emas di Piala AFF 2018 nanti setelah selalu menjadi langganan runner-up di kompetisi ini.
telah terbit di
https://www.fourfourtwo.com