TEORI MOTIVASI,
https://alawialbantani.blogspot.com/2019/07/teori-motivasi.html
DISUSUN OLEH,
M. TOLIB ALAWI, S.SY.,ME
Dan
ERLIS MARYANDHA, S.Pd
Motivasi
Dalam ilmu manajemen motivasi merupakan pokok
pembahasan yang tidak mungkin terlewatkan dalam setiap segmen pembahasannya,
hal itu dikarenakan motivasi adalah penggerak manusia untuk melakukan sesuatu,
tanpa adanya motivasi tidak mungkin manusia akan bergerak.
1.
Pengertian Motivasi.
Pengertian motipasi menurut para ahli sebagaimana
penulis dapatkan dalam kutipan dalam buku (Ambar Teguh Sulistiyani 2011:194),
sebagai berikut:
a.
Jones,
berpendapat bahwa motivasi berhubungan erat dengan bagaimana perilaku itu
dimulai , dikuatkan, disokong, diarahkan, dihentikan dan reaksi subjektif macam
apakah yang timbul dalam organisem ketika semua ini berlangsung.
b.
D.
Bindra, menyatakan bahwa, konsep motivasi lebih ditekankan segi terarahnya kepada
tujuan tertentu (Goal directedness of
motivation).
c.
Gibran.
Mengarah pada dua hal, yaitu:
1. Kebutuhan (Needs) yang berhubungan dengan kekurangan yang dialami oleh
seseorangpada aktu tertentu.
2. Pentingnya pembahasan tentang tujuan.
d.
Pimpinan
dapat memotivasi bawahannya sebagai berikut:
1.
Menginspirasi, yaitu dengan memasukan semangat kedalam diri
orang kesediaan berbuat dengan efektif. orang diinspirasi melalui kepribadian
pemimpin, keteladannya, dan pekerjaan yang dilakukannya, secara sadat atau
tidak sadar.
2.
Mendorong. Yaitu dengan merangsang orang untuk melakukan apa yang
harus dilakukan melalui pujian, persetujuan dan bantuan.
3.
Mendesak. Yaitu membuat orang merasa harus melakukan, apa yang
harus dilakukan denggan sesuatu cara yang perlu, termasuk paksaan, kekerasan,
dan cara ancaman jika perlu.
2. Pengertian Motivasi Kerja
Terdapat
beberapa teori mengenai motivasi antara lain teori hierarki kebutuhan (hierarky
of needs) milik Abraham Maslow, Teori X dan Y serta teori dua faktor
(Robbins, 2008):
1.
Teori hierarki kebutuhan (hierarky of
needs)
Teori
hierarki kebutuhan (hierarky of needs) milik Abraham mengemukakan lima
tingkat kebutuhan yaitu :
a.
Kebutuhan fisiologis (Phisiological) meliputi
rasa lapar, haus, berlidung, seksual dan kebutuhan fisik lainnya.
b.
Kebutuhan akan rasa aman (safety) meliputi
rasa ingin dilindungidari bahaya fisik dan emosional
c.
Kebutuhan sosial (social) meliputi
rasa kasih sayang, kepedulian penerimaan dan persahabatan
d.
Kebutuhan akan penghargaan (esteem) meliputi
faktor-faktor peghargaan internal seperti hormat diri, otoomi dan pencapaian
dan faktor-faktor penghargaan eksteral seperti status, pengakuan dan pergatian
e.
Kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization) yaitu dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kevakapannya
meliputi pertumbuhan, pencapaian potesi seseorang dan pemenuhan diri sendiri.
2.
Teori X dan Y
Dauglas
McGregor mengemukakan dua pandangan nyata mengenai manusia, pandangan pertama
negatif disebut Teori X dan yang kedua positif disebut teori Y. Menurut teori X
ada empat asumsi yang dimiliki oleh manajer adalah:
a.
Pada dasarnya karyawan tidak menyukai
pekerjaan sebisa mungkin menghindari
b.
Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan
mereka harus dipaksa, dikendalikan atau diancam dengan hukuman untukmencapai
tujuan.
c.
Karyawan akan menghindari tanggung jawab
dan mencari perintah formal bila mungkin
d.
Sebagai karyawan menempatkan keamanan di
atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Sedangkan menurut teori
Y ada empat asumsi positif yaitu :
a.
Karyawan menganggap kerja sebagai hal
yang menyenangkan seperti halnya istirahar atau bermain
b.
Karyawan akan berlatih mengendalikan
diri dan emosi untuk mencapai tujuan
c.
Karyawan bersedia belajar untuk
menerima, bahkan mencari, dan tanggung jawab
d.
Karyawan mampu membuat berbagai
keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi dan bukan hanya bagi
mereka yang menduduki posisi manajemen.
3. Teori
Dua Faktor
Taori
dua faktor (two factor theory) juga disebut teori motivasi higiene dikemukakan
oleh Frederick Herzberg. Dengan keyakinan bahwa hubungan seorang individu
dengan pekerjaan mendasar dan bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaan bisa
dengan sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. Teori yang
menghubungkan faktor-faktor intrinsik dengan kepuasan kerja sementara
mengaitkan faktor-faktor ekstrinsik dengan ketidakpuasan.
4. Teori
McClelland
Motivasi didefinisikan sebagai proses
yang menjelaskan intensitas arah dan ketekunan usaha individu atau pegawai
dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Indikator motivasi pada
penelitian ini dikembangkan oleh Mc Clelland 1961 dalam Steers dan Braunstein,
(1976:254), yaitu:
a.
Need for achievement (kebutuhan
berprestasi), kemampuan karyawanuntuk mencapai hubungan pada standar yang
ditetapkan perusahaan.
b.
Need for affiliation (kebutuhan
afiliasi), kebutuhan yang membuatkaryawan berperilaku wajar dalam melaksanakan
tugasnya.
c.
Need for power (kebutuhan
kekuasaan), keinginan karyawan untuksaling bersahabat dan mengenal lebih jauh
teman kerja dalam sebuahperusahaan.
Sementara menurut Ig. Wursanto
(2002:305) teori ini dinamakan teori dua faktor karena dalam teori ini
dikembangkan dua faktor bagi motivasi pegawai. teori dua faktor ini sebagai
berikut:
1. Faktor
ekstrinstik (Gaji atau upah, Keamanan kerja, Kondisi kerja, Status, Kebijakan
perusahaan, Mutu dan teknik pengawasan, Interaksi antara personal (bawahan dan
atasan)
2. Teori
intrinstik (Pengakuan, Tanggung jawab, Prestasi, Pekerjaan itu sendiri, Adanya
kemungkinan untuk berkembang, kemajuan)
3.
Model-Model Motivasi.
Setiap pemimpin memiliki model atau gaya
tersendiri dalam memotivasi bawahannya, karena mereka memilili ilmu dan
pengalaman yang berbeda, sebagai mana kutipan (Ambar Tegus Sulistiani,
2012:218) sebagai berikut:
a. Model Tradisional. (traditional model)
1.
Stoner-Wankel.
Model motivasi tradisional dikaitkan dengan Frederik
Taylor dan aspek penting pekerjaan pimpinan memastikan bahwa para bawahan
melakukan tugasnya yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang
efisien. Pimpinan menentukan bagaimana pekerjaan itu dilakukan dan menggunakan
suatu syistem perangsang upah untuk memotivasi para bawahan, maka makin banyak
yang mereka hasilkan, makin besar upah yang mereka peroleh.
2.
Malayu
Hasibuan. Mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah kerjanya
meningkat ialah dilakukan dengan sistem insentif, yaitu memberikan insentif
(uang/barang) kepada bawahan yang berprestasi baik. Semakian banyak produksinya
maka semakin besar pula balas jasanya. Dalam prakteknya, model ini sering
terdapat pada organisasi birokrasi, dan motivasi ini hanya untuk pekerja yang
pasif.
b. Hubungan Antar manusia (Human Relation Model)
Elton Maryo. Pimpian dapat memotivasi bawahan
dengan mengakui kebutuhan sosialnya dan membuat mereka berguna dan penting.
Bawahan diberi kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri mengenai
pekerjaannya. Perhatian lebih besar diberikan kepada kelompok kerja informal
organisasi. Lebih banyak informasi diberikan kepada karyawan mengenai maksud
pemimpin dan tentang oprasi organisasi. (Ambar Tegus Sulistiani, 2012:219)
c.
Model
Sumberdaya Manusia (Human
ResourcesManagemen Model)
McGregor dan Maslow, berpendapat bahwa
bawahan dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uanag, atau keinginan akan
kepuasan, akan tetapi kebutuhan prestasi dan kerja yang bermakna. Dalam model
sumberdaya manusia ini, pimpinan tidak boleh membujuk bawahan untuk mematuhinya
dengan menyuap mereka dengan upah yang tinggi seperti dalam model tradoisional,
atau memanipulasi mereka dengan perlakuan yang penuh tenggang rasa dan
perhatian seperti dalam model hubungan antar manusia. (Ambar Tegus Sulistiani,
2012:219)
4. Dampak
Motivasi
Motivasi akan
sangat berdampak terhadap kinerja dan kinerja akan mempengaruhi hasil
akhir. Seseorang yang memiliki motivasi
kerja tinggi akan mengerahkan segenap kemampuannya dan orang tersebut tidak
akan mengeluh terhadap pekerjaannya. Sebagaimana pendapat para ahli tentang
motivasi, bahwa Manusia bekerja dengan berbagai motivasi, ada yang bermotivasi
kekuasaan, prestasi, dan apiliasi.