MATERI 6 : FIQIH MUAMALAH TENTANG KONSEP UMUM AQAD


MATERI 6 : KONSEP UMUM AQAD

PENGERTIAN AKAD

Kata akad berasal dari Bahasa Arab al-‘aqd yang secara etimolagi berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan, (al-ittifaq).[1] Secara terminology fiqh, akad didefinisikan dengan ”pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan Kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh pada objek perikatan”. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, yang mengutip definisi yang dikemukakan Al-Sanhury, akad ialah: perikatan ijab dan Kabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan kerelaan kedua belah pihak. 

Akad adalah suatu perikatan antara ijab dan Kabul dengan cara yang dibenarkan syara, yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada objeknya.

TUJUAN AKAD 

Ahmad Azhar Basyir menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu tujuan akad dipandang sah dan mempunyai akibat hukum, yaitu :Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak yang bersangkutan tanpa akad yang diadakan.

  1. Tujuan harus berlangsung adanya hingga berakhirnya pelaksanaan akad.
  2. Tujuan akad harus dibenarkan syara’.


RUKUN DAN SYARAT AKAD

Dalam menjalankan Akad perlu adanya Rukun dan syarat akad yang harus dijalani, berikut adalah rukun dan syaratnya:

Rukun-rukun akad
  1. Aqid, adalah orang yang berakad terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu orang, terkadang terdiri dari beberapa beberapa orang. 
  2. Ma’qud alaih, ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah.
  3. Maudhu’ al-‘aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengadakan akad. Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad. 
  4. Shighat al-aqd, ialah ijab Kabul, ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad. Kabul ialah perkataam yang keluar dari pihak yang berakad pula yang diucapkan setelah adanya ijab. 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam shighat al-aqd (akad) ialah:
  1. Shighat al-aqd harus jelas pengertiannya, misalnya: “aku serahkan benda ini kepadamu sebagai hadiah atau pemberiannya”.
  2. Harus bersesuian antara ijab dan Kabul. 
  3. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang bersangkutan, tidak terpaksa, atau tidak karena diancam. 

Cara yang diungkapkan dari para ulama’ fiqh dalam berakad
  1. Dengan cara tulisan atau kitabah, misalnya dua aqid berjauhan tempatnya maka ijab Kabul boleh dengan kitabah atau tulisan. 
  2. Isyarat, bagi orang tertentu akad atau ijab Kabul tidak dapat dilaksanakan dengan tulisan maupun lisan, misalnya pada orang bisu yang tidak bias baca maupun tulis, maka orang tersebut akad dengan isyarat.
  3. Perbuatan, cara lain untuk membentuk akad selain secara lisan, tulisan atau isyarat ialah dengan cara perbuatan. Misalnya seorang pembeli menyerahkan sejumlah uang tertentu kemudian penjual menyerahkan barang yang dibelinya. 
  4. Lisan al-hal. Menurut sebagian ulama’, apabila seseorang meninggalkan barang-barang dihadapan orang lain kemudian dia pergi dan orang yang ditinggali barang-barang itu berdiam diri saja, hal itu dipandang telah ada akad ida’ (titipan). 

Syarat-syarat akad

Syarat-syarat ang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya dalam berbagai akad: 
  1. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), maka akad orang tidak cakap (orang gila, orang yang berada dibawah pengampuan (mahjur) karena boros dan lainnya akadnya tidak sah
  2. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
  3. Akad itu diijinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya, walaupun dia bukan akid yang memiliki barang.
  4. Akad bukan jenis akad yang dilarang.
  5. Akad dapat memberi faedah.
  6. Ijab harus berjalan terus, maka ijab tidak sah apabila ijab tersebut dibatalkan sebelum adanya qobul.
  7. Ijab dan qobul harus bersambung, jika seseorang melakukan ijab dan berpisah sebelum terjadinya qobul, maka ijab yang demikian dianggap tidak sah.

Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat khusus ini juga disebut dengan idhofi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan. 

PRINSIP-PRINSIP AKAD

Dalam hukum Islam telah menetapkan beberapa prinsip akad yang berpengaruh kepada pelaksanaan akad yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut: 
  1. prinsip kebebasan berkontrak
  2. prinsip perjanjian itu mengikat
  3. prinsip kesepakatan bersama
  4. prinsip ibadah
  5. prinsip keadilan dan keseimbangan prestasi.
  6. prinsip kejujuran (amanah)

DASAR HUKUM SYAR’I AKAD

Adapun dasar-dasar akad diantaranya : 

Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Maidah ayat 1 yakni: 

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”

Dalam kaidah fiqih dikemukakan yakni: 

Hukum asal dalam transaksi adalah keridlaan kedua belah pihak yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan. Maksud keridlaan tersebut yakni keridlaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip. Oleh karena itu, transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada keridlaan kedua belah pihak. 

HIKMAH AKAD

Diadakanya akad dalam muamalah antar sesama manusia tentu mempunyai hikmah, hikmah akadantara lain: 
  1. Adanya ikatan yang kuat antara dua orang atau lebih dalam bertransaksi
  2. Tidak dapat sembarangan dalam membatalkan suatu ikatan perjanjian.
  3. Akad merupakan paying hokum didalam kepemilikan sesuatu, sehingga orang lain tidak dapat menggugat atau milikinya.

Secara etimologi akad berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan. Adapun secara terminology, Akad adalah perikatan ijab dan Kabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan keridlaan dari kedua belah pihak.

Rukun-rukun akad meliputi: ‘aqid, orang yang berakad. Mauqud alaih, benda-benda yang diakadkan. Maudhu’ al-aqd, tujuan atau maksud pokok melakukan akad. Shighat al-aqd, ijab Kabul.

Akad memiliki berbagai macam, tergantung dari ahli fiqh muamalah itu memandang dari sudut pandangnya. Selain itu, akad memiliki kedudukan yang sangat penting dalam fiqh muamalah dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. 

Related

Fiqih Muamalah 409714153920320764

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item