Khutbah Idul Adha
https://alawialbantani.blogspot.com/2019/01/khutbah-idul-adha.html
Oleh, M. Tolib
Alawi Albantani, S.Sy., ME
Di
pagi hari yang In Sya Allah barokah ini, kita Baru saja laksanakan ruku’ dan
sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan
nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas
keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa
arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, ikrar dalam diri, bahwa tidak ada
tuhan yang patut kita sembah selain rabul ijati, dalam takbir kita menyentuh dan
menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah
Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena
itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada
hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang
Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat
menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita
sandang, kita kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah
dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita,
kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa, betapapun kayanya,
kita tetap tidak berdaya dihadapan Allah yang maha kaya, Allah yang Maha atas
segala-galanya.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang
dimuliakan Allah,
Idul
adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin sedang
menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian
serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan
persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai
persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara
mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang
Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Disamping
Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena
merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri
artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT, bukan untuk ria dan menunjukan kesombongan.
لَن
يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ
مِنكُمۡۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا
هَدَىٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٣٧
37.
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan
Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang berbuat baik (QS.AL-HAJJ:37)
Masalah
pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa
yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar.
Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya
Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka
ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon
pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi
Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang
menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di
suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya
sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima
perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti
yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum
hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil
lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba
Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail
memperoleh sumber kehidupan.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang
dimuliakan Allah,
Idul
Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara
memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling
berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan
Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah
anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah). Apakah kita tidak
ingin menjadi kekasih Allah? Kalau kita ingin menjadi kekasih Allah lantas
bagaimana cara memperolehnya? Bencilah apa yang telah dibenci oleh Allah dan
Rasul-Nya meski kita mencintainya dan Cintailah apa yang dibenci oleh Allah dan
Rasulnya messki kita mencintainya.
Setelah
titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh
urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku
Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian
Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi
Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya tidak membuatnya lalai dalam
taatnya kepada Allah. Ini nampaknya yang patut kita teladani dari Nabi Allah
Ibrahim, as, meski beliau seorang miliarder pada zamannya namun beliau tetap
taat pada Allah, nabi Ibrahim diceritakan dalam kitab miskatul anwar memiliki
12.000, ternak. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik
siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih
milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan
cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan
juga.”
Ibnu
Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi
Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman
dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya
yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan
ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.
Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah
As-Shoffat : 102 :
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ
أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ
سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢
102.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"
Ketika
keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang
ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti
hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar
membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar
perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka
melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang
langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni
melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang
dimuliakan Allah
Setelah
sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya :
”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak
leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak
melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan
bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang
menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan
singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk
kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya
dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku. Jangan
izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang
kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk
diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara
itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah
SWT tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku,
supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada
perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”
Dalam
pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari
surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru dengan firmannya, menyuruh
menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.
Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan
keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing
sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat
107-110:
Menyaksikan
tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia
itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga
dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu
ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya
“Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail
“Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang
dimuliakan Allah
- Hikmah
yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa
hakikat manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi
yang menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran
bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai
pertanggung jawaban.
- Di
samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
adalah:
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh Allah SWT, harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad
sami’na wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT
pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
- I’tibar
ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia,
agar membangkang dari ketentuan Allah SWT. Syaitan senantiasa terus
berusaha menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah
mengikuti bujuk rayu syaithon, karena sesungguhnya syaithon adalah musuh
yang nyata.
- Keempat,
jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya
hayawan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu
hayawaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati
kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.